
Nusantara1News – Pembangunan infrastruktur di Indonesia kini tak lagi hanya soal beton dan aspal. Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Diana Kusumastuti, menegaskan bahwa arah pembangunan harus inklusif dan mendukung kesetaraan gender serta akses bagi semua kelompok masyarakat.
Baca Juga : Kelola Limbah Jadi Berkah, Tukarkan Minyak Jelantah ke Pertamina Sekarang
“Pembangunan infrastruktur tidak hanya soal fisik, tapi juga harus menjamin akses, partisipasi, dan manfaat bagi semua warga negara,” ujar Diana dalam pernyataannya di Jakarta, Senin (19/5) dilansir dari laman Antara news.
Komitmen itu terlihat nyata dalam berbagai program di Kementerian Pekerjaan Umum, seperti Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) serta program Hibah Air Minum. Kedua inisiatif ini tidak hanya fokus pada layanan dasar, tetapi juga memastikan kelompok rentan seperti perempuan, masyarakat miskin, dan penyandang disabilitas ikut terlibat di setiap tahapan.
“Untuk menunjang keberlanjutan program Hibah Air Minum Berbasis Kinerja dalam pengarusutamaan gender dan inklusi sosial, telah disusun Petunjuk Teknis Penerapan Gender Equality, Disability and Social Inclusion (GEDSI) di BUMD Air Minum dan dibentuk Forum Pelaksana GEDSI Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (FERSIA),” jelas Diana.
Salah satu contoh nyata pelaksanaan prinsip inklusivitas ini terdapat di Perumdam Tirta Sembada, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Di sini, pengarusutamaan GEDSI diterapkan untuk menjamin bahwa pelayanan air minum menjangkau semua golongan.
Tak hanya dalam program layanan publik, prinsip inklusif juga diadopsi dalam pembangunan fisik gedung. Diana menekankan pentingnya desain universal agar semua orang, termasuk penyandang disabilitas, merasa nyaman dan aman dalam menggunakan fasilitas umum.
Melalui regulasi seperti PP No. 16 Tahun 2021, Permen PUPR No. 14 Tahun 2017, serta SE Ditjen Bina Marga No. 18/SE/Db/2023, Kementerian PU telah menetapkan tujuh prinsip desain universal. Regulasi ini menjadi pedoman untuk memastikan infrastruktur, termasuk fasilitas pejalan kaki, benar-benar bisa diakses oleh semua kalangan.
“Penerapan desain inklusif juga dilakukan dalam pembangunan Gedung Olahraga Paralympic Training Center di Karanganyar, Jawa Tengah, lengkap dengan asrama bagi penyandang disabilitas agar mereka dapat beraktivitas secara mandiri,” tambahnya.
Baca Juga : Kelola Limbah Jadi Berkah, Tukarkan Minyak Jelantah ke Pertamina Sekarang
Dengan langkah-langkah ini, pembangunan infrastruktur di Indonesia diharapkan benar-benar menjawab kebutuhan semua warganya—bukan hanya dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi keadilan dan keberpihakan sosial.