
Nusantara1News – Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Christina Aryani, mengadakan pertemuan dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) di Kantor Kementerian P2MI di Jakarta pada Senin. Dalam pertemuan tersebut, ia membahas peningkatan penempatan dan perlindungan bagi pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Jepang, Senin (17/2) seperti di kutip dari Antaranews.
Christina mengungkapkan bahwa sebelumnya banyak terjadi kasus eksploitasi terhadap pekerja migran Indonesia di Jepang, baik yang berangkat secara mandiri melalui skema SSW (Special Skilled Worker) maupun dalam program magang. Ia menegaskan komitmennya untuk memastikan tidak ada lagi eksploitasi terhadap pekerja migran.
Sejalan dengan arahan Presiden Prabowo untuk meningkatkan remitansi, Wamen Christina menyatakan bahwa Kementerian P2MI terus berupaya menambah jumlah penempatan pekerja migran Indonesia di berbagai negara, dengan Jepang sebagai salah satu tujuan yang masih memiliki potensi besar untuk dijajaki lebih lanjut.
Dia juga menyebutkan bahwa skema kerja sama government to government (G to G) antara Indonesia dan Jepang, khususnya untuk penempatan tenaga kesehatan dan perawat, menawarkan peluang yang menarik. Namun, kesiapan kompetensi dan kemampuan bahasa Jepang menjadi tantangan utama yang harus dipersiapkan. Oleh karena itu, ia mendorong sekolah-sekolah kesehatan seperti Poltekkes dan STIKES untuk mulai memasukkan bahasa Jepang dalam kurikulum mereka.
Wamen Christina juga menyoroti pentingnya sistem penempatan melalui perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia (P3MI), yang dinilai lebih aman dan terjamin perlindungannya bagi pekerja migran dibandingkan dengan keberangkatan mandiri atau melalui agensi luar negeri yang merekrut di sekolah-sekolah.
Baca Juga : Presiden Prabowo Sambut Hangat PM Jepang di Istana Bogor
Selain itu, kerja sama antara JICA dan Pemerintah Indonesia juga berfokus pada pengembangan sumber daya manusia, termasuk melalui forum sumber daya manusia, pelatihan teknis, pendidikan pascasarjana, serta pemberdayaan pekerja migran yang telah bekerja di Jepang. Kemitraan ini telah terjalin sejak tahun 2016.