
Nusantara1News – Penasihat Khusus Presiden Bidang Energi, Purnomo Yusgiantoro, mengungkapkan sejumlah tantangan dalam mewujudkan kemandirian energi di Indonesia. Salah satu hambatan utama adalah masih tingginya ketergantungan pada impor, terutama Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Menurut Purnomo, upaya utama dalam memperkuat ketahanan energi nasional adalah dengan menekan volume impor BBM. “Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mencapai swasembada adalah mengurangi impor BBM,” ujarnya dalam acara Special Dialogue Swasembada Energi Di kutip dari CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (18/2).
Baca Juga : Megabintang Cristiano Ronaldo Dijadwalkan ke Kupang, Warga NTT Tak Sabar
Ia mencatat bahwa saat ini konsumsi minyak di Indonesia mencapai 1,6 juta barel per hari, sementara produksi dalam negeri hanya sekitar 600 ribu barel per hari. “Kita harus segera mengambil langkah strategis,” tegasnya.
Salah satu strategi untuk menekan impor BBM adalah dengan melakukan konversi energi. Saat ini, Indonesia telah menerapkan pencampuran BBM solar dengan 40% minyak sawit atau yang dikenal sebagai biodiesel 40 (B40). “Impor kita sudah mulai berkurang,” ujar Purnomo.
Baca Juga : Kemenkes Dorong Pemerataan Layanan Kesehatan Lewat Quick Win RSUD
Di sisi lain, guna mengurangi ketergantungan pada impor LPG, pemerintah berencana mengembangkan gasifikasi batu bara atau hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME). “Langkah ini dapat menekan impor dan pada akhirnya memperkuat ketahanan energi nasional,” tutup Purnomo.