
Nusantara1News – Styrofoam atau polistirena adalah bahan anorganik yang sering digunakan sebagai kemasan karena sifatnya yang ringan, tahan air, dan murah. Namun, bahan ini menjadi sorotan karena dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan. Dalam proses produksinya, styrofoam melibatkan bahan kimia berbahaya seperti benzena dan stirena yang dapat mencemari udara, tanah, serta air.
“Styrofoam dapat bertahan hingga ratusan bahkan ribuan tahun tanpa terurai,” ungkap beberapa penelitian seperti yang di lansir dari laman Liputan 6. Akibatnya, styrofoam menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran lingkungan.
Baca Juga : Menhut dan Polri bekerja sama berantas bisnis ilegal di kawasan hutan
Sampah styrofoam sering ditemukan mencemari sungai dan laut, menyebabkan kerusakan ekosistem serta mengancam kehidupan biota air. Bahkan, hewan laut kerap salah mengira styrofoam sebagai makanan, yang berujung pada kematian. Tidak hanya itu, proses pembakaran styrofoam menghasilkan gas beracun yang berkontribusi pada pencemaran udara dan pemanasan global.
Tidak hanya berdampak pada lingkungan, styrofoam juga membawa risiko kesehatan. Zat kimia seperti stirena dapat berpindah ke makanan, terutama jika digunakan untuk makanan panas atau berminyak. Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia ini dapat menyebabkan gangguan hormon, iritasi, hingga risiko kanker. Anak-anak dan ibu hamil termasuk kelompok yang paling rentan terkena dampaknya.
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai alternatif pengganti styrofoam telah dikembangkan, seperti wadah berbahan daun pisang, bambu, hingga kemasan biodegradable dari pati jagung. Di Indonesia, beberapa daerah sudah melarang penggunaan styrofoam melalui kebijakan khusus, seperti yang diterapkan di DKI Jakarta.
Baca Juga : Peran Penting Laboratorium Lingkungan Hidup
Masyarakat juga berperan penting dalam mengurangi dampak negatif styrofoam. Salah satu langkah sederhana adalah membawa wadah makanan sendiri atau memilih produk yang menggunakan bahan ramah lingkungan. Selain itu, teknologi daur ulang juga terus dikembangkan, seperti penggunaan mikroorganisme untuk mengurai styrofoam atau daur ulang kimia yang mengubah styrofoam menjadi bahan baku baru.
Ancaman styrofoam terhadap lingkungan dan kesehatan menuntut perhatian serius dari berbagai pihak. Dengan mengurangi penggunaannya, mendukung alternatif ramah lingkungan, serta menerapkan kebijakan yang tegas, dampak negatif styrofoam dapat diminimalisir. Saatnya kita beralih ke gaya hidup berkelanjutan demi masa depan bumi yang lebih sehat.