breaking news
Home » Songket Aceh Mendunia, Sambal Hijau Jadi Primadona—UMKM Lokal Naik Kelas

Songket Aceh Mendunia, Sambal Hijau Jadi Primadona—UMKM Lokal Naik Kelas

Bagikan :

Fitriani, perempuan yang telah menenun sejak 2019 di Mutiara Songket, Gampong Krueng Kalee, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, Jumat (7/10/2022) sore. Foto: Habil Razali/acehkini

Nusantara1News – Ketekunan dan konsistensi menjadi kunci utama bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Aceh untuk terus berkembang dan naik kelas. Tak peduli jenis produk yang dihasilkan, selama dikerjakan dengan penuh dedikasi, bisnis dapat bertumbuh dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Salah satu bukti nyata dari prinsip ini adalah Darliana, seorang pengrajin songket asal Aceh yang telah menekuni usahanya sejak 1975. Bersama rekannya, Nyak Mu, ia memulai perjalanan menenun dengan alat tenun tradisional di Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar.

Baca Juga : Layanan Pos Amerika Serikat Hentikan Penerimaan Paket Dari China dan Hong Kong

Setiap hari, Darliana merajut ratusan benang menjadi dua lembar kain songket berukuran 180×90 cm dengan motif khas Aceh. Meski membutuhkan waktu hingga satu bulan untuk menyelesaikan dua set kain, harga yang didapat sepadan, yakni sekitar Rp 2 juta per pasang.

“Sebulan dapat dua set, panjangnya 1 meter lebih,” ujar Darliana saat ditemui di galeri Mutiara Songket, Aceh, Kamis (6/2/2024) seperti yang di kutip dari laman CNBC Indonesia.

Keindahan dan kerapihan karya Darliana menarik perhatian banyak pihak, termasuk Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) di Aceh. Melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI), BI memberikan dukungan modal untuk memperluas usahanya.

Pada 2019, PSBI memberikan bantuan berupa 10 alat tenun dan fasilitas galeri di Krueng Kalee. Seiring berjalannya waktu, bisnis Darliana berkembang pesat hingga mampu melibatkan masyarakat sekitar sebagai penenun. Kini, ia dan timnya dapat memproduksi hingga 20 kain tenun per bulan.

Songket hasil tenunan kelompok usaha ini bahkan telah melanglang buana ke Paris, Prancis. Pada 2022, kain tenun mereka dikenakan oleh aktris Ariel Tatum dalam acara Paris Fashion Week. Gaun yang dipakai Ariel merupakan karya desainer Didiet Maulana, yang menggunakan songket bermotif bungong kupula hasil tenunan Fitriani, salah satu penenun di Mutiara Songket.

Dengan semakin meningkatnya produksi dan jangkauan pasar, omzet tahunan Mutiara Songket pun melesat. Jika sebelumnya hanya berkisar Rp 100 juta per tahun, kini pendapatan kotor mereka mencapai Rp 300 juta per tahun.

Tak hanya Darliana, kisah sukses UMKM Aceh juga terlihat dalam industri makanan. Salah satunya adalah Capli, usaha sambal hijau khas Aceh yang dirintis oleh pasangan suami istri, Yuliana dan Murtala Hendra Syahputra.

Sambal hijau Capli dibuat dari 60% cabai rawit hijau asal dataran tinggi Gayo, yang dikombinasikan dengan asam sunti atau belimbing wuluh fermentasi. Asam sunti berperan sebagai pengental alami sekaligus pengawet, menghasilkan rasa pedas khas tanpa tambahan perasa, pemanis, atau MSG. Berkat inovasi ini, sambal Capli mampu bertahan hingga satu tahun dan telah mengantongi sertifikasi BPOM serta Halal dari MPU Aceh.

Ide bisnis ini muncul secara tidak terduga. Berawal dari pengalaman mereka saat bekerja di sebuah lembaga survei, Yuliana dan Murtala menemukan fakta bahwa harga cabai Gayo sering anjlok akibat daya tahannya yang rendah.

“Akhirnya kita coba olah sama suami hingga akhirnya pada 2018 kita mendapatkan formulanya,” ujar Yuliana.

Baca Juga : 7 Gaya Penipuan Terbaru Sedot Rekening, dari Kode QR hingga Undangan

Dengan memanfaatkan asam sunti sebagai bahan pengawet alami khas Aceh, mereka berhasil menciptakan sambal yang lebih awet sekaligus membantu petani menjual cabai dengan harga stabil.

“Ini awal modal kita hanya Rp 500 ribu pada 2018 hanya dengan blender rumah tangga. Sekarang kita mampu melibatkan sampai 100 orang dalam produksinya, kita bangun daerah sini menjadi seperti wilayah rantai industri,” kata Murtala.

Keberhasilan UMKM seperti Mutiara Songket dan Capli membuktikan bahwa dengan inovasi, ketekunan, serta dukungan yang tepat, usaha kecil pun dapat berkembang pesat dan bersaing di pasar yang lebih luas.

Editor : Nusantara1News


Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *