
Nusantara1News – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) terus memperluas penggunaan refuse-derived fuel (RDF), yaitu bahan bakar alternatif yang berasal dari sampah padat perkotaan, sebagai pengganti batu bara dalam proses produksi semen di fasilitasnya.
Langkah ini diwujudkan melalui kerja sama dengan PT Reciraya Semesta Energi (Resinergi) untuk menjamin ketersediaan pasokan RDF secara berkelanjutan.
Baca Juga : Kementan, Kemen PU, dan TNI Perkuat Irigasi untuk Dukung Swasembada Pangan
Direktur Utama SIG, Donny Arsal, menyampaikan dalam pernyataannya di Jakarta, Sabtu (11/1) seperti yang dikutip dari laman Antaranews. bahwa kemitraan ini resmi dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman pada 6 Januari.
Ia juga menegaskan bahwa inisiatif tersebut merupakan bagian dari dukungan SIG terhadap target pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 31,89 persen pada tahun 2030, sejalan dengan agenda dekarbonisasi nasional.
“Inisiatif ini selaras dengan Sustainability Roadmap SIG 2030 serta arahan Kementerian BUMN untuk memperkuat upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dalam kegiatan operasional,” ujar Donny Arsal.
Ia menjelaskan bahwa SIG telah menjadi pelopor dalam pemanfaatan refuse-derived fuel (RDF) di industri semen sejak tahun 2020. Saat ini, perusahaan terus berfokus pada peningkatan proporsi penggunaan RDF, dengan menyusun rencana kebutuhan bahan bakar tersebut untuk semua pabrik semen yang dimiliki.
Donny menambahkan, kolaborasi dengan Resinergi diharapkan dapat mendukung terciptanya ekosistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan guna memastikan ketersediaan RDF sesuai kebutuhan.
“SIG berkomitmen untuk berperan sebagai offtaker RDF yang dihasilkan dari fasilitas pengelolaan sampah, dengan tetap mengedepankan prinsip tata kelola yang baik,” pungkasnya.
Baca Juga : Curah Hujan Tinggi Jelang Nataru, Masyarakat dihimbau Waspada
Direktur Utama Resinergi, Bhima Aries Diyanto, menyampaikan apresiasinya terhadap kolaborasi antara perusahaannya dengan SIG, yang dinilai sebagai langkah strategis untuk mengurangi limbah perkotaan.
“Kerja sama ini menjadi landasan penting bagi kedua pihak, yakni industri pengelolaan sampah dan perusahaan solusi bahan bangunan sebagai offtaker. Hal ini juga dapat menjadi acuan bagi perusahaan lain,” ujar Bhima.