
Nusantara1News – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan keberhasilan program pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis Biodiesel sebesar 35% (B35) ke dalam minyak solar sepanjang tahun 2024. Langkah ini diklaim mampu menekan impor solar hingga 4,5-5 juta kiloliter (KL).
“Impor solar kita pada B35 sepanjang 2024 berhasil ditekan sekitar 4,5 juta hingga 5 juta kiloliter,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE), Eniya Listiani Dewi, dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Kamis (9/1/2025).
Baca Juga : Jimmy Carter Tutup Usia di 100 Tahun, Pemimpin Visioner dan Pejuang Hak Asasi
Dengan diberlakukannya program Biodiesel 40% (B40) mulai 1 Januari 2025, pemerintah menargetkan pengurangan impor solar lebih signifikan, yakni hanya sebesar 1,2 juta KL. Ke depan, program Biodiesel 50% (B50) yang direncanakan dimulai pada 2026 diharapkan mampu menciptakan surplus energi.
“B50 pada 2026 sesuai arahan Pak Menteri akan membuat kita surplus, sehingga tidak perlu impor solar lagi,” tambah Eniya.
Pada 2025, pemerintah menetapkan alokasi B40 sebanyak 15,6 juta kiloliter biodiesel, dengan rincian 7,55 juta KL untuk Public Service Obligation (PSO) dan 8,07 juta KL untuk non-PSO. Implementasi program ini didasarkan pada Keputusan Menteri ESDM No. 341.K/EK.01/MEM.E/2024, yang juga mengatur pembiayaan melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit sebesar 40%.
Baca Juga : Putin Sampaikan Permintaan Maaf kepada Azerbaijan atas Tragedi Kecelakaan Pesawat
Distribusi biodiesel akan melibatkan 24 badan usaha bahan bakar nabati (BU BBN), 2 badan usaha bahan bakar minyak (BU BBM) untuk PSO dan non-PSO, serta 26 BU BBM lainnya yang dikhususkan untuk non-PSO.
Langkah strategis ini menjadi wujud nyata komitmen pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.