breaking news
Home » RI–Australia Perkuat Pendidikan, Menteri Brian Usul Program Kuliah Dua Negara

RI–Australia Perkuat Pendidikan, Menteri Brian Usul Program Kuliah Dua Negara

Bagikan :

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto menerima kunjungan kehormatan (courtesy call) dari Duta Besar Australia untuk Indonesia, Roderick Brazier. (Sumber gambar:diktisaintek)

Nusantara1News – Pemerintah Indonesia terus mempererat kerja sama di bidang pendidikan tinggi dengan Australia. Melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), sejumlah inisiatif seperti Kampus Bersama dan Joint Program disiapkan untuk memperkuat kolaborasi antarnegara di sektor pendidikan, riset, dan inovasi.

Baca Juga : Wamenkes Tegaskan Aturan Ketat Pembelian Antibiotik

Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, usai menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Roderick Brazier, di Jakarta, Senin (2/6).

“Tentu saja kita memiliki sejarah panjang kerja sama, terutama di sektor pendidikan tinggi, sains, dan teknologi. Saya sangat antusias untuk mendiskusikan rencana pembaruan MoU (nota kesepahaman) sebagai langkah awal untuk memperkuat kolaborasi kita ke depan,” ujar Menteri Brian dalam keterangan resminya, Selasa (3/6) dilansir dari laman Antara news.

Menteri Brian mengapresiasi peran aktif Pemerintah Australia dalam mendukung pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia. Hal ini terlihat dari hadirnya kampus-kampus cabang universitas ternama seperti Monash University di Jakarta, Deakin University di Bandung, dan Western Sydney University di Surabaya.

Ia berharap kehadiran universitas Australia di Indonesia tidak berhenti pada pembangunan fisik kampus saja, melainkan juga memperluas pilihan studi bagi mahasiswa Indonesia.

“Saya pribadi berharap universitas-universitas Australia dapat membuka lebih banyak program studi di kampus cabangnya di Indonesia, agar lebih berkelanjutan dan memberikan pilihan lebih luas bagi mahasiswa Indonesia,” tuturnya.

Tak hanya itu, Menteri Brian mengusulkan agar model kolaborasi pendidikan antara kedua negara dibuat lebih terintegrasi. Ia menilai sudah saatnya sistem kerja sama tak hanya berbasis skema 3+1—tiga tahun kuliah di Indonesia dan satu tahun di luar negeri—melainkan menyatu sejak awal.

“Dibandingkan sistem 3+1 yang terpisah, saya membayangkan program Joint Degree yang benar-benar dibangun bersama dari awal, dengan dosen dan kurikulum dari kedua belah pihak, serta pembelajaran yang berlangsung secara paralel di Indonesia dan Australia,” jelasnya.

Ia berharap model kerja sama seperti Joint Degree dan Visiting Professor dapat segera direalisasikan, demi memperkuat ekosistem akademik dan riset kedua negara.

Duta Besar Roderick Brazier menyambut baik ide-ide tersebut dan menegaskan kesiapan Australia untuk mendiskusikannya lebih lanjut dengan tim Kemdiktisaintek. Ia juga memaparkan sejumlah agenda yang akan digelar di bawah payung kerja sama KONEKSI, termasuk program penghargaan untuk penerima hibah Just Energy Transition dan agenda knowledge exchange yang dijadwalkan berlangsung Oktober mendatang.

Lebih lanjut, Australia menyatakan ketertarikan untuk mengeksplorasi fleksibilitas baru dalam pengembangan program studi di kampus-kampus cabangnya di Indonesia.

“Kami ingin anda tahu bahwa Australia selalu terbuka untuk para pemikir terbaik dari Indonesia. Hingga kini, ada lebih dari 200.000 alumni asal Indonesia, termasuk beberapa menteri kabinet saat ini,” ungkap Brazier.

Baca Juga : Wamenkes Tegaskan Aturan Ketat Pembelian Antibiotik

Melalui kerja sama strategis ini, kedua negara berharap bisa mencetak generasi akademisi dan profesional yang tidak hanya kompeten, tetapi juga terhubung lintas negara sejak di bangku kuliah.

Editor : Nusantara1News


Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *