
Nusantara1News – Keberhasilan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam menjaga kelestarian pari manta dan hiu di perairan Raja Ampat, Papua Barat Daya, mendapat pengakuan dunia. Berkat upaya konservasi yang berkelanjutan, kawasan ini masuk dalam daftar “52 Places to Go in 2025” yang dirilis oleh The New York Times.
Sebagai bagian dari Segitiga Karang Dunia, Raja Ampat dikenal memiliki keanekaragaman hayati laut yang luar biasa. Dengan lebih dari 1.500 pulau, wilayah ini menyuguhkan pesona bawah laut yang spektakuler. Jurnalis New York Times, Ratha Tep, menggambarkan pengalaman menyelam bersama kipas laut gorgonian ungu dan menjelajahi pantai-pantai tersembunyi sebagai momen yang tak terlupakan.
Baca Juga : Dukung Target Pertumbuhan Ekonomi 8%, Konsumsi Listrik RI Perlu Capai 6.500 KVA per Kapita
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (PKRL), Victor Gustaaf Manoppo, menyatakan bahwa Raja Ampat telah membuktikan bahwa upaya konservasi dapat berjalan berdampingan dengan pariwisata.
“Raja Ampat menjadi contoh bahwa pariwisata dan konservasi dapat berjalan seiring,” ujarnya dalam keterangan resmi KKP di Jakarta, Jumat (31/1) seperti yang dikutip dari Laman resmi KKP.
Menurutnya, di saat populasi pari manta dan hiu menurun di berbagai belahan dunia, jumlah pari manta karang di Raja Ampat justru mengalami peningkatan.
“Selain keindahannya yang luar biasa, Raja Ampat juga merupakan contoh keberhasilan konservasi yang langka. Di tengah populasi ikan pari dan hiu yang menurun di seluruh dunia, jumlah ikan pari manta karang di sana justru terus bertambah,” tambah Victor.
Sejak 2009, pemerintah melalui KKP telah menetapkan dua kawasan konservasi di Raja Ampat, yaitu Kawasan Konservasi Kepulauan Raja Ampat dan Kawasan Konservasi Kepulauan Waigeo Sebelah Barat.
“Penetapan kawasan telah tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 32 Tahun 2022 tentang Kawasan Konservasi Kep. Waigeo Barat dan Kep. Raja Ampat dan sekitarnya di Provinsi Papua Barat,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Kawasan Konservasi Nasional (BKKPN) Kupang, Imam Fauzi, menyampaikan bahwa pihaknya terus memperkuat perlindungan bagi pari manta dan hiu di Raja Ampat. Salah satu langkah strategis adalah menetapkan Laguna Wayag sebagai zona inti atau area perlindungan penuh bagi pari manta karang.
“Terbukti bahwa Laguna Wayag merupakan area nursery bagi pari manta di perairan Raja Ampat. BKKPN Kupang melakukan upaya pendataan kemunculan pari manta di Kepulauan Wayag, upaya ini berhasil meningkatkan jumlah anak manta dari 6 ekor pada 2022 menjadi 16 ekor pada 2024,” jelas Imam.
Pemantauan terbaru juga menunjukkan tren positif dalam kondisi ekosistem terumbu karang di Raja Ampat. Persentase tutupan karang hidup meningkat dari 42,44% pada 2021 menjadi 48,29% pada 2024. Kawasan ini juga menjadi habitat bagi 22 jenis ikan indikator dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi.
Wisata bahari di Wayag tetap diatur secara ketat demi menjaga keseimbangan ekosistem. Pengunjung hanya diperbolehkan menggunakan kapal kecil dengan kecepatan maksimal 2 knot. Selain itu, wisatawan wajib mematuhi aturan interaksi dengan satwa laut, termasuk menjaga jarak minimal 3 meter dari pari manta dan tidak menggunakan lampu kilat saat mengambil foto.
Baca Juga : Menteri UMKM dan Menko PM Dorong Digitalisasi UMKM Lewat Shopee Live
“Dengan pengelolaan yang baik, Raja Ampat tidak hanya menjadi destinasi wisata kelas dunia, tetapi juga contoh keberhasilan konservasi yang bisa menjadi model global,” tutup Imam.
Sejalan dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, Indonesia terus memperkuat strategi konservasi laut sebagai langkah utama dalam menjaga ekosistem perairan. Pemerintah berharap keberhasilan ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis pengelolaan kawasan konservasi yang berkelanjutan.