
Nusantara1News – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DKI Jakarta mengungkapkan bahwa balita yang tinggal di perkotaan lebih rentan mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibandingkan balita di pedesaan. Tingkat infeksi ini bisa mencapai tujuh hingga sembilan kali dalam setahun.
“Seorang balita bisa mengalami tujuh sampai sembilan kali episode ISPA per tahun. Dan ini akan lebih sering di perkotaan dibanding pedesaan. Kenapa? Mungkin terkait polusi dan kepadatan penduduk,” ujar dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A (K), perwakilan IDAI DKI Jakarta, dalam diskusi daring bertajuk Kenali ISPA dan Pneumonia untuk Kita Cegah dan Obati yang diadakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (13/1/2025), seperti yang dikutip dari laman Antara news.
Baca Juga : Langkah Konkret KLHK Atasi Udara Buruk: Tutup TPA Liar dan Modifikasi Cuaca
ISPA disebabkan oleh salah satu dari 23 mikroorganisme, termasuk Human Metapneumovirus (HMPV), yang menyerang saluran pernapasan. Gejala yang umum terjadi meliputi batuk, pilek, demam berkelanjutan, sakit tenggorokan, sulit bernapas, sakit kepala, serta rasa lemas atau kelelahan.
Menurut dr. Madeleine, pasien ISPA biasanya sembuh dalam waktu tujuh hingga 14 hari jika mendapatkan penanganan yang tepat. Penanganan tersebut meliputi pemberian cairan dan nutrisi yang cukup, obat sesuai gejala, serta antibiotik atau antivirus jika diperlukan.
Namun, ISPA bisa berkembang menjadi pneumonia jika infeksi memburuk. Pneumonia dapat menyebabkan sesak napas, bahkan memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. “Kalau pneumonianya ringan, kita identifikasi dari awal napasnya cepat tapi tidak ada tarikan dinding dada ke dalam. Kita bisa berikan antibiotik dahulu selama tiga hari, lalu kita evaluasi,” tambah Madeleine.
Perawatan di rumah sakit menjadi opsi bila pasien menunjukkan gejala sesak napas berat, seperti tarikan dinding dada ke dalam, kelemahan ekstrem, atau kulit yang tampak kebiruan. “Kalau sudah lemas banget atau biru, itu berarti sudah berat. Kita harus rawat karena perlu pemberian obat lewat infus dan oksigen,” jelasnya.
Pencegahan Jadi Kunci Utama
Untuk mencegah ISPA dan pneumonia, Ketua Tim Kerja Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Kementerian Kesehatan, dr. Nani Rizkiyati, M.Kes, mengingatkan pentingnya menerapkan langkah-langkah pencegahan melalui akronim “JaMU ASLi”.
“JaMU ASLi” terdiri dari:
1. Jauhkan balita dari penderita batuk
2. Lakukan imunisasi dasar lengkap
3. Berikan ASI eksklusif dan gizi seimbang
4. Bersihkan lingkungan rumah
5. Hindari balita dari paparan asap rokok, asap lainnya, dan debu
Baca Juga : Sinergi Instansi: Persiapan Maksimal Sambut Libur Natal dan Tahun Baru 2024
“Asap di dalam maupun luar rumah bisa berasal dari pembakaran sampah, asap kendaraan, atau polusi lainnya. Semua itu harus dihindari untuk melindungi balita,” ujar Nani.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, terdapat 214 kasus ISPA akibat HMPV di wilayah Jakarta sejak 2023 hingga Januari 2025. Rinciannya adalah 13 kasus pada 2023, 121 kasus pada 2024, dan 79 kasus pada awal 2025. Pemerintah terus mendorong langkah pencegahan agar kasus ISPA dapat ditekan.