
Nusantara1News – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terus memperluas infrastruktur gas bumi guna mempercepat hilirisasi sektor migas dan memperkuat ketahanan energi nasional. Langkah ini selaras dengan kebijakan pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada impor energi serta meningkatkan nilai tambah industri dalam negeri.
Baca Juga : PM Anwar dan PM Inggris Bahas Kemitraan Ekonomi Strategis Baru
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu, menegaskan pentingnya peran gas bumi dalam mendorong hilirisasi migas. Gas bumi tidak hanya mengurangi ketergantungan pada impor, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian. Menjawab kebutuhan ini, PGN menjalankan strategi pengembangan gas bumi yang lebih luas.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Rosa Permata Sari, mengungkapkan bahwa perusahaan terus membangun jaringan transmisi serta distribusi gas bumi untuk memperluas konektivitas antarwilayah dan meningkatkan akses bagi pengguna baru. Dengan permintaan yang besar di Indonesia bagian tengah dan timur, terutama dari sektor smelter, PGN juga mengembangkan infrastruktur beyond pipeline guna memenuhi kebutuhan tersebut.
“Salah satu infrastruktur beyond pipeline yang dikembangkan adalah terminal penerima LNG dan LNG Hub, yang memungkinkan distribusi LNG dari lapangan gas di wilayah timur Indonesia. Infrastruktur ini juga memperkuat penyimpanan LNG guna menjaga stabilitas pasokan gas,” jelas Rosa dalam keterangan resmi pada Kamis (6/3) seperti di kutip dari CNBC Indonesia.
Selain itu, PGN juga melakukan pemetaan pasar industri yang berpotensi menerima pasokan LNG di kawasan tengah dan timur Indonesia. “Kami siap berkolaborasi dengan sektor industri dalam penyediaan energi yang lebih efisien dan efektif,” tambah Rosa.
Tak hanya fokus pada industri, PGN turut berkontribusi dalam mengurangi impor LPG melalui pengembangan jaringan gas rumah tangga (jargas). Pada tahun 2025, PGN menargetkan pembangunan 200.000 sambungan rumah tangga. Pemanfaatan gas bumi melalui jargas diperkirakan mampu menekan impor LPG hingga 100.000 metrik ton dan menghemat subsidi energi sekitar Rp672 miliar per satu juta sambungan.
Sebagai bagian dari upaya pengembangan energi hijau, PGN juga mengoptimalkan pemanfaatan limbah kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) untuk diolah menjadi biomethane. Proyek biomethane yang berlokasi di Sumatera ini akan menginjeksikan gas setara gas bumi ke dalam jaringan pipa eksisting, membuka peluang bagi pertumbuhan energi ramah lingkungan di masa depan.
Baca Juga : PM Anwar dan PM Inggris Bahas Kemitraan Ekonomi Strategis Baru
“Melalui berbagai inisiatif ini, PGN berkomitmen untuk terus berinovasi dalam menyediakan energi yang berkelanjutan dan mendukung ketahanan energi nasional,” tutup Rosa.