
Nusantara1News – Pada tahun 2024, Papua Barat mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia dengan angka mencapai 20,80% secara kumulatif, jauh melebihi angka pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,03%. Meski demikian, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Papua Barat menunjukkan penurunan sebesar 2,21% secara kuartalan. Namun, dibandingkan dengan kuartal IV-2023, pertumbuhannya tetap menunjukkan angka positif, yakni 22,11% pada kuartal IV-2024.
“Papua Barat menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di 2024,” ujar Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, pada Rabu (5/2) seperti di kutip dari CNN Indonesia.
baca Juga : Presiden Prabowo Sambut Hangat PM Jepang di Istana Bogor
Pada tahun sebelumnya, Papua Barat menjadi kontributor utama bagi pertumbuhan ekonomi wilayah Maluku dan Papua dengan kontribusi sebesar 2,58%. Sektor-sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut antara lain industri pengolahan, pertambangan, dan perdagangan.
“Untuk Papua Barat, pertumbuhannya didorong oleh peningkatan output di sektor industri migas, khususnya dengan adanya proyek LNG Tangguh Train 3,” jelas Amalia.
Berbeda dengan Papua Barat, provinsi dengan laju pertumbuhan ekonomi terendah di Indonesia pada 2024 adalah Bangka Belitung, yang hanya mencatatkan angka pertumbuhan kumulatif sebesar 0,77% dari 2023 hingga 2024. Meskipun demikian, secara kuartalan, pertumbuhannya tercatat 3,48%, dan secara tahunan, dari kuartal IV 2023 ke kuartal IV 2024, mencapai 0,94%.
Baca Juga : Komisi DPR Jadwalkan Pemanggilan Mendikdasmen Terkait Sistem Baru PPDB dan UN
“Provinsi dengan pertumbuhan ekonomi terendah adalah Kepulauan Bangka Belitung,” ujar Amalia.
Di Bangka Belitung, sektor ekonomi utamanya didominasi oleh industri pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 20,60%, meskipun sektor ini mengalami kontraksi sebesar 3,93% pada 2024. Sektor kedua terbesar adalah pertanian dengan kontribusi 20,27%, yang masih mampu tumbuh 3,13%, sementara sektor perdagangan berada di urutan ketiga dengan kontribusi 15,36%, meskipun mengalami penurunan 0,34%.