
Nusantara1News – Uni Eropa dan Tiongkok telah memulai pembicaraan untuk menggantikan tarif impor kendaraan listrik (EV) asal Tiongkok dengan sistem harga minimum. Langkah ini diambil setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan penangguhan tarif timbal balik terhadap negara-negara selain Tiongkok, sembari mengancam akan meningkatkan tarif produk impor Senin (14/4) dikutip dari Liputan6.com.
Sejak Oktober 2023, Uni Eropa telah memberlakukan tarif tambahan hingga 45,3 persen terhadap EV Tiongkok, termasuk merek seperti BYD, Geely, dan SAIC, sebagai respons terhadap dugaan subsidi yang tidak adil dari pemerintah China, menurut laporan Reuters.
Sebagai balasan, Tiongkok mengenakan tarif terhadap berbagai produk Eropa, termasuk ekspor cognac Prancis.
Komisi Eropa mengungkapkan bahwa Komisaris Perdagangan Maros Sefcovic telah berbicara dengan Menteri Perdagangan China, Wang Wentao, untuk membahas kemungkinan penerapan harga minimum bagi EV Tiongkok yang masuk ke Eropa. Skema ini diharapkan dapat menggantikan tarif yang ada dengan pendekatan yang lebih efisien dan dapat diawasi.
Langkah ini disambut baik oleh industri otomotif Jerman yang sangat bergantung pada pasar Tiongkok, yang lebih memilih penghapusan hambatan perdagangan ketimbang tarif baru. Sementara itu, kebijakan tarif agresif Trump telah mendorong produsen mobil Tiongkok untuk lebih fokus pada pasar Eropa, mengingat hambatan yang tinggi di pasar AS.
Para analis menyebut situasi ini sebagai trade diversion, di mana produsen mengalihkan ekspor ke pasar yang lebih terbuka akibat hambatan di pasar lain. Negosiasi antara Uni Eropa dan Tiongkok ini mencerminkan upaya kedua belah pihak untuk menemukan solusi perdagangan yang lebih berkelanjutan di tengah ketegangan global yang semakin meningkat.