
Nusantara1News – Upaya BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS menghadapi tantangan besar. Dua anggota barunya, Arab Saudi dan Nigeria, enggan menggunakan mata uang lokal dalam transaksi minyak mentah, yang menghambat agenda de-dolarisasi, Kamis (3/4) dikutip dari CNBC Indonesia.
Baca Juga : Australia Larang Anak di Bawah 16 Tahun Gunakan Media Sosial
Meskipun Arab Saudi telah menyatakan kesiapannya untuk memakai mata uang lokal dalam perdagangan internasional, negara ini tetap mempertahankan dolar AS sebagai alat pembayaran utama dalam transaksi minyak. Langkah ini mempersulit BRICS dalam meyakinkan anggotanya untuk beralih dari dolar AS.
Di Nigeria, kebijakan penggunaan naira dalam perdagangan minyak mentah juga mendapat tentangan dari pelaku industri. Para pemasar dan distributor minyak menilai kebijakan ini berisiko mengganggu stabilitas ekonomi serta menurunkan minat investasi asing.
Baca Juga : Presiden Prabowo Sambut Hangat PM Jepang di Istana Bogor
Para ahli berpendapat bahwa dolar AS masih menjadi pilihan utama dalam perdagangan minyak global karena stabilitasnya. Sikap Arab Saudi dan Nigeria ini menunjukkan bahwa agenda de-dolarisasi BRICS masih menghadapi tantangan besar di tengah ketergantungan global terhadap mata uang Amerika Serikat.