breaking news
Home » Menteri ESDM Alokasikan Jatah Ekspor Gas untuk Kebutuhan Dalam Negeri karena Terjadi Defisit

Menteri ESDM Alokasikan Jatah Ekspor Gas untuk Kebutuhan Dalam Negeri karena Terjadi Defisit

Bagikan :

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberi keterangan pers saat kunjungan kerjanya di Senipah, Kalimantan Timur. ( sumber Antaranews )

Nusantara1News – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, memutuskan untuk mengalihkan sebagian jatah ekspor gas bumi guna memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai langkah untuk mengatasi defisit gas bumi yang diperkirakan akan terjadi pada 2025 hingga 2035.

Baca Juga : 100 Hari Presiden Prabowo Subianto, Tingkat Kepuasan Capai 80,9% Jubir Kementrans Sebut Pemimpin Dekat dengan Rakyat

“Sebagian ekspor gas yang seharusnya keluar negeri, sementara kami alokasikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujar Bahlil saat kunjungan kerjanya di Senipah, Kalimantan Timur, Rabu (30/4) dikutip dari Antaranews.

Langkah prioritaskan pemenuhan kebutuhan domestik ini diambil guna mencegah ketergantungan pada impor gas. Bahlil bersama para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dan SKK Migas berusaha agar Indonesia tidak perlu mengimpor gas bumi. Namun, jika keadaan memaksa, ia akan mengumumkan hal tersebut secara resmi.

Bahlil menilai bahwa tahun 2026 akan menjadi tahun yang penuh tantangan untuk pasokan gas bumi dalam negeri.

“Pada 2026-2027, saya rasa produksi gas kita akan mulai meningkat. Tapi, 2026 adalah tahun yang paling berat,” tambahnya.

Menurut Bahlil, defisit gas bumi terjadi akibat perencanaan yang keliru dalam menghitung konsumsi gas domestik sebelumnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN), Arief Setiawan Handoko, menyatakan bahwa defisit pasokan gas ini sudah mulai terjadi pada 2025. Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya pasokan dari pemasok yang belum dapat diimbangi dengan penemuan cadangan atau lapangan gas baru.

Arief juga menjelaskan bahwa pada periode tersebut, defisit pasokan gas diprediksi terjadi di beberapa wilayah seperti Sumatera Utara, Sumatera bagian selatan, serta Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada 2026, defisit pasokan di Sumatera bagian selatan hingga Jawa Barat sudah terjadi sebesar 177 juta kaki kubik standar per hari (MMscfd), dan diperkirakan akan meningkat menjadi 513 mmscfd pada 2035.

Baca Juga : 100 Hari Presiden Prabowo Subianto, Tingkat Kepuasan Capai 80,9% Jubir Kementrans Sebut Pemimpin Dekat dengan Rakyat

Di Sumatera bagian utara, defisit gas diperkirakan baru akan terjadi pada 2028 hingga 2035. Dengan adanya penurunan pasokan dan keterlambatan penemuan cadangan baru, Arief menekankan pentingnya pasokan gas domestik yang berasal dari hasil regasifikasi LNG.

Editor : Nusantara1News


Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *