
Nusantara1News – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan komitmen pemerintah dalam memperkuat industri otomotif nasional, khususnya melalui peningkatan daya saing, penerapan prinsip industri hijau, dan perluasan ekspor. Salah satu perusahaan yang menjadi perhatian Menperin adalah PT Yuasa Battery Indonesia, produsen aki yang telah memberi kontribusi signifikan di sektor komponen otomotif.
Baca Juga : AI Berpotensi resiko yang Perlu Diwaspadai
Dalam kunjungan kerjanya di Jakarta, Rabu, Agus menyampaikan harapannya agar Yuasa terus menjadi pelopor inovasi dalam memenuhi permintaan pasar, sekaligus mendukung target ambisius pemerintah menuju Net Zero Emission (NZE).
“Kami berharap Yuasa sebagai market leader dalam produk aki kendaraan juga terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan pasar produk-produk tersebut, sehingga target NZE yang dicanangkan pemerintah pada 2060, bisa terlaksana dengan waktu yang sudah ditargetkan Kemenperin, yaitu 10 tahun lebih cepat, pada 2050,” kata Agus dilansir dari laman Antara news.
PT Yuasa Battery memproduksi berbagai jenis baterai, mulai dari aki kering dan basah, hingga baterai industri seperti VRLA dan deep cycle. Semua produk telah lolos sertifikasi standar nasional dan internasional, serta didukung oleh fasilitas uji mutu bersertifikat ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015.
Dengan kapasitas produksi mencapai 9 juta unit aki sepeda motor dan 1,2 juta unit aki industri per tahun, Yuasa tidak hanya unggul dalam skala produksi, tapi juga membentuk ekosistem industri lokal melalui kolaborasi dengan pelaku industri hulu dan hilir. Perusahaan ini juga memperkuat rantai pasok energi cadangan untuk sektor-sektor vital seperti telekomunikasi, perbankan, dan otomotif.
Untuk mendukung transformasi industri nasional, Menperin menekankan pentingnya adopsi teknologi dan peningkatan kapasitas tenaga kerja.
“Kami sangat terbuka untuk perusahaan bisa bekerja sama dengan SMK, politeknik, dan balai-balai Kemenperin, guna menyuplai tenaga kerja yang kompeten dan adaptif terhadap perkembangan teknologi,” ujarnya.
Dengan kualitas produk dan kapasitas produksi yang mumpuni, Yuasa dinilai memiliki peluang besar menembus pasar internasional dan menjadi export champion. Pemerintah pun siap memberi dukungan melalui program promosi ekspor dan penguatan merek Indonesia di mancanegara.
Selaras dengan kebijakan pembangunan berkelanjutan, industri nasional kini dituntut menerapkan prinsip industri hijau. Dalam hal ini, Menperin secara khusus mendorong Yuasa untuk meraih sertifikasi Green Industry Label.
“Saya mendorong Yuasa untuk menargetkan sertifikasi Green Industry Label, tentu prosesnya akan kami kawal,” kata Agus.
Menjelang usia emas perusahaannya yang telah berdiri selama lima dekade, Yuasa diharapkan tetap menjadi pilar dalam transformasi industri nasional menuju kemandirian dan keberlanjutan.
“Saya percaya, dengan visi dan inovasi yang terus diperkuat, Yuasa akan tetap relevan dan menjadi pemimpin dalam industri baterai Indonesia, bahkan di tingkat global,” ucapnya optimistis.
Pencapaian Indonesia di sektor manufaktur juga mencatatkan angka membanggakan. Berdasarkan data World Bank dan United Nations Statistics, Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada 2023 mencapai USD 255,96 miliar. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi ke-12 dunia dan peringkat ke-5 di Asia, hanya di bawah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. Di lingkup ASEAN, Indonesia menjadi yang terdepan, melampaui Thailand dan Vietnam.
Sementara itu, menurut Badan Pusat Statistik, industri pengolahan nonmigas tumbuh 4,31 persen pada kuartal pertama 2025. Meski sedikit melambat, kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tetap meningkat menjadi 17,50 persen, baik secara kuartalan maupun tahunan.
Menyikapi isu deindustrialisasi yang sempat mencuat, Menperin menepis anggapan tersebut secara tegas:
Baca Juga : AI Berpotensi resiko yang Perlu Diwaspadai
“Saya ingin men-challenge siapapun itu, yang mengatakan bahwa Indonesia sedang dalam tahap deindustrialisasi, sama sekali tidak benar. Bisa terlihat dari data yang saya sampaikan terkait MVA, catatan ekspor dan impor yang berasal dari industri manufaktur, serta capaian investasi dari industri manufaktur,” tutupnya.