breaking news
Home » Korea Utara Mulai Izinkan Wisatawan Mancanegara Masuk Kembali Setelah Tutup Sektor Pariwisata

Korea Utara Mulai Izinkan Wisatawan Mancanegara Masuk Kembali Setelah Tutup Sektor Pariwisata

Bagikan :

Ilustrasi Korea Utara. ( Sumber Liputan6.com )

Nusantara1News – Setelah menutup perbatasannya selama lebih dari lima tahun akibat pandemi COVID-19, Korea Utara akhirnya memulai kembali aktivitas pariwisata pada 20 Februari 2025. Pembukaan ini diawali dengan kawasan Rason Special Economic Zone (SEZ), zona ekonomi khusus di wilayah timur laut yang berbatasan langsung dengan Rusia dan Tiongkok.

Salah satu wisatawan asing pertama yang tiba adalah Rowan Beard, manajer tur dari Young Pioneer Tours yang berbasis di Beijing. Beard, yang telah mengunjungi Korea Utara lebih dari 100 kali sejak 2012, mendapat sambutan hangat dari petugas imigrasi setempat.

Baca Juga : Mensos Dorong Pendirian Sekolah Rakyat sebagai Wadah Cetak Agen Perubahan Bangsa

“Saat petugas imigrasi bertanya apakah saya orang Rusia, saya menjawab bahwa saya berasal dari Australia dan menunjukkan paspor saya. Mereka langsung memanggil rekan-rekannya dan berkumpul untuk melihat paspor saya dengan penuh rasa ingin tahu,” cerita Beard, seperti dilaporkan Straits Times pada Kamis 20 Februari 2025 seperti di kutip dari LIPUTAN6.COM.

Beard adalah satu dari sekitar 10 operator tur yang diizinkan masuk ke Korea Utara dalam kunjungan perkenalan sebelum pembukaan resmi Rason SEZ. Young Pioneer Tours akan membawa 10 wisatawan asing ke Rason SEZ pada 20 Februari, sementara Koryo Tours akan memimpin 15 wisatawan lainnya. Rencana perjalanan mereka termasuk mengunjungi pabrik bir, sekolah bahasa asing, sekolah taekwondo, dan tempat observasi yang menawarkan pemandangan perbatasan Korea Utara, Tiongkok, dan Rusia.

Young Pioneer Tours juga telah menjadwalkan dua tur pada Maret 2025, dengan tiga warga Singapura telah mendaftar untuk tur kedua di pertengahan Maret. Sebelum pandemi, Pyongyang adalah destinasi utama wisatawan asing di Korea Utara, namun kota ini masih tertutup untuk wisatawan internasional, kecuali warga Rusia.

Rason SEZ, yang dibuka pada tahun 1991 untuk menarik investasi asing, tidak sepopuler Pyongyang sebagai tujuan wisata. Sebelum pandemi, sekitar 90 persen wisatawan Korea Utara berasal dari Tiongkok, dengan jumlah mencapai 350.000 orang pada 2019. Pada 18 Februari 2025, sebuah agen perjalanan Tiongkok mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan izin untuk menyelenggarakan tur ke Rason SEZ mulai 24 Februari.

Menurut Beard, antusiasme wisatawan sangat tinggi sejak muncul kabar pada Desember 2024 bahwa Korea Utara berencana membuka kembali perbatasannya. Ketika Young Pioneer Tours mengumumkan tur pada 28 Januari 2025, mereka langsung dibanjiri permintaan.

“Dalam lima menit pertama setelah pengumuman, email kami langsung dipenuhi dengan pertanyaan dan pemesanan dari orang-orang yang ingin menjadi yang pertama kembali ke Korea Utara,” kata Beard.

Turis yang berminat berkunjung ke Korea Utara umumnya berasal dari Australia, Kanada, dan Eropa, dengan sebagian kecil dari Hong Kong, Taiwan, dan Singapura. Namun, warga Korea Selatan dilarang masuk, sementara pemerintah Amerika Serikat masih melarang warganya berkunjung ke Korea Utara sejak 2017, menyusul kematian mahasiswa AS Otto Warmbier setelah ditahan di sana.

Menurut Gergo Vaczi, perwakilan dari Koryo Tours, pemandu wisata di Korea Utara menyambut pembukaan kembali sektor pariwisata dengan perasaan yang bercampur antara antusiasme dan kekhawatiran.

“Mereka sudah tidak berinteraksi dengan turis selama lima tahun, sehingga merasa kurang percaya diri dengan kemampuan berbahasa Inggris mereka,” ungkap Vaczi.

Meskipun fasilitas pariwisata masih serupa dengan kondisi sebelum pandemi, beberapa lokasi seperti pasar lokal kini tidak lagi terbuka untuk wisatawan karena alasan kesehatan dan kekhawatiran akan penyebaran penyakit. Separuh dari penduduk setempat masih mengenakan masker, dan pengunjung diharuskan menjalani pemeriksaan suhu serta disinfeksi tangan sebelum memasuki sejumlah gedung.

Salah satu perubahan signifikan di Korea Utara adalah pergeseran kebijakan terkait Korea Selatan. Sejak Januari 2024, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah menyatakan penghapusan ideologi unifikasi dengan Korea Selatan.

Baca Juga : Menteri Pendidikan Memperkenalkan 3 pilihan Libur Sekolah di Bulan Puasa

“Sebelumnya, media Korea Utara menyebut Korea Selatan sebagai ‘South Chosun’, namun kini mereka menggunakan istilah ‘Republic of Korea’,” jelas Vaczi.

Peta dunia yang dulu menampilkan seluruh Semenanjung Korea dengan warna merah, sekarang hanya menonjolkan Korea Utara dalam warna tersebut, mencerminkan perubahan perspektif politik yang terjadi.

Editor : Nusantara1News


Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *