
Nusantara1News – Di saat dinamika geopolitik dan ekonomi antara Amerika Serikat dan China terus memanas, kapal perusak milik Angkatan Laut AS, USS William P. Lawrence, kembali berlayar melintasi Selat Taiwan pada Rabu, 23 April 2025. Meski diklaim sebagai bagian dari pelayaran rutin, langkah ini dipandang sebagai penegasan sikap Washington terhadap prinsip kebebasan navigasi di wilayah yang masih menjadi sengketa.
Baca Juga : KPU Rohil Beri Apresiasi ke Masyarakat dan Pihak terkait Sukseskan Pilkada
USS William P. Lawrence merupakan kapal perusak kelas Arleigh Burke yang dilengkapi dengan sistem rudal kendali. Menurut pernyataan dari Komando Indo-Pasifik AS (INDOPACOM) kepada Newsweek, kapal tersebut menjalankan pelayaran melalui jalur yang diakui sebagai bagian dari perairan internasional sesuai hukum laut internasional.
“USS William P. Lawrence melakukan transit rutin di Selat Taiwan, mengikuti prinsip kebebasan navigasi dan penerbangan sebagaimana diatur oleh hukum internasional,” terang juru bicara INDOPACOM.
Ia juga menjelaskan bahwa pelayaran kapal tersebut dilakukan di jalur pelayaran umum di Selat Taiwan yang tidak termasuk dalam wilayah teritorial negara manapun. “Transit ini memperkuat komitmen AS dalam menjamin hak berlayar bebas bagi semua negara,” tambahnya.
Langkah ini dilakukan di tengah memburuknya hubungan antara Washington dan Beijing, khususnya terkait isu Taiwan. Pemerintah China tetap mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, sedangkan pemerintah Taiwan yang demokratis bersama sebagian besar rakyatnya menolak klaim tersebut.
Meski AS tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, negara tersebut tetap menjadi mitra utama dalam hal penjualan senjata kepada pulau itu. Washington juga mempertahankan kebijakan “strategic ambiguity”, yakni tidak secara resmi mengakui Taiwan sebagai negara berdaulat, namun juga tidak mendukung klaim kedaulatan China.
Sebagai respon, militer China langsung bertindak. Komando Teater Timur dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mengumumkan pada Kamis (24/4) dikutip dari CNBC Indonesia , bahwa mereka telah mengerahkan armada laut dan udara untuk mengawasi pergerakan kapal perang AS tersebut.
Dalam pernyataan resminya, PLA menyebut bahwa langkah AS adalah upaya untuk menyesatkan opini publik, menyalahgunakan prinsip hukum, dan membingungkan komunitas internasional. “Kami mendesak AS untuk menghentikan tindakan provokatif dan sensasional, serta bersama-sama menjaga stabilitas dan kedamaian di kawasan Selat Taiwan,” kata PLA.
Baca Juga : KPU Rohil Beri Apresiasi ke Masyarakat dan Pihak terkait Sukseskan Pilkada
Di sisi lain, militer Taiwan juga mengamati pergerakan di sekitar wilayahnya dan melaporkan keberadaan 19 pesawat tempur serta tujuh kapal perang milik China dalam 24 jam terakhir sebelum Kamis pagi. Meski tergolong dalam batas aktivitas yang masih dianggap rutin, frekuensi kemunculan militer China di sekitar Taiwan terus meningkat dari waktu ke waktu.