breaking news
Home » Kementerian ESDM Targetkan Listrik dari Arus Laut 40 MW hingga 2034! Potensinya Ada di Timur Indonesia

Kementerian ESDM Targetkan Listrik dari Arus Laut 40 MW hingga 2034! Potensinya Ada di Timur Indonesia

Bagikan :

Foto udara ombak laut yang menerjang gazebo di Pantai Sambolo 2, Anyer, Kabupaten Serang Banten, Rabu (25/12/2024). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi yang dapat membahayakan wisatawan di sepanjang Pantai Anyer, Serang hingga Tanjung Lesung, Pandeglang selama libur Natal dan Tahun Baru 2025.(ANTARA FOTO/PUTRA M. AKBAR/GP/WPA)

Nusantara1News – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyoroti potensi besar energi arus laut sebagai bagian dari upaya memperluas bauran energi bersih nasional. Pemerintah pun menargetkan pembangunan pembangkit listrik berbasis arus laut sebesar 40 Mega Watt (MW) hingga tahun 2034.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan bahwa wilayah Indonesia Timur menjadi titik fokus pengembangan karena menyimpan potensi arus laut yang sangat besar.

“Jadi, sekarang sudah mulai studi untuk melihat potensi arus laut di Indonesia Timur,” katanya dikutip dari laman CNBC Indonesia, Selasa (8/7/2025).

Eniya menambahkan, pembangunan pembangkit arus laut itu akan masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) pada jaringan listrik nasional (on grid) sekitar tahun 2030.

“Nah, kita cantumkan di RUPTL nanti on grid, mungkin sekitar 2030, ya. Itu 40 MW dulu dan sekarang studinya mungkin sedang berjalan,” imbuhnya.

Sebagaimana tertuang dalam RUPTL PLN 2025–2034 yang dirilis pada 26 Mei 2025, Indonesia menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik hingga 69,5 Giga Watt (GW). Dari angka tersebut, sebanyak 76% atau sekitar 42,6 GW direncanakan berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT), dan 15% atau sekitar 10,3 GW dari sistem penyimpanan energi (storage).

Energi surya menjadi kontributor terbesar dalam penambahan kapasitas EBT dengan target 17,1 GW atau sekitar 40,1% dari total tambahan. Disusul oleh tenaga air (hidro) sebesar 11,7 GW (27,4%), energi angin 7,2 GW (16,9%), dan panas bumi (geothermal) sebesar 5,2 GW (12,2%).

“Dan kita juga melihat potensi, jadi kalau hidro itu dianggap sebagai baseload, yang baseload lain adalah geothermal,” ujar Eniya.

Ia menyebutkan bahwa potensi energi angin di Indonesia masih sangat minim pemanfaatannya, padahal memiliki peluang besar. Saat ini, Indonesia baru memiliki dua lokasi pembangkit tenaga angin, yakni di Sidrap dan Jeneponto.

“Kita saat ini hanya punya dua lokasi, nih, yang angin, ya, di Sidrap dan Jeneponto. Ini masih kurang sekali potensi-potensi angin kita perlu kita galakkan. Nah, di dalam RUPTL ada porsi 7,2 GW,” tambahnya.

Selain itu, pemerintah juga menargetkan tambahan kapasitas pembangkit dari bioenergi sebesar 900 MW dan dari sumber nuklir sebesar 500 MW. Di sisi lain, sistem penyimpanan energi akan diperkuat melalui pumped storage dari PLTA sebesar 4,3 GW dan baterai sebesar 6,0 GW.

Meskipun fokus utama adalah transisi ke energi bersih, pembangkit berbasis fosil tetap masuk dalam perencanaan dengan total kapasitas 16,6 GW—terdiri atas pembangkit gas sebesar 10,3 GW dan batu bara sebesar 6,3 GW.

Langkah ini mencerminkan upaya pemerintah dalam memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendorong percepatan transisi menuju sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Editor : Nusantara1News


Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *