
Nusantara1News – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan penurunan prevalensi stunting nasional menjadi 19,8% pada tahun 2024, turun 1,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka 21,5%. Meski menjadi kabar baik, data ini juga menunjukkan masih ada sekitar 4,4 juta balita yang mengalami stunting.
“Indonesia berhasil menurunkan angka stunting dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 19,8% di 2024. Kita harapkan tren ini terus membaik di tahun-tahun yang akan datang,” ujar Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kemenkes, Asnawi Abdullah, dalam konferensi pers Hasil Survei Status Gizi Indonesia, Kamis (5/6) Dilansir dari laman Metrotvnews.
Baca Juga : Tingkat Pendidikan dan Sebaran Sekolah di Kecamatan Balai Jaya pada 2024
Penurunan jumlah balita stunting mencapai 357.705 anak, melebihi target tahunan sebesar 325 ribu yang ditetapkan oleh Bappenas. “Artinya melampaui target yang diamanahkan oleh Bappenas setiap tahun,” tambah Asnawi.
Perkembangan Gizi Lainnya
Penurunan stunting juga diikuti oleh penurunan prevalensi wasting (gizi buruk akut) dan overweight pada balita. Namun, Kemenkes mencatat sedikit peningkatan pada prevalensi underweight (berat badan kurang), dari 15,9% menjadi 16,8% dibanding tahun sebelumnya.
Menurut Asnawi, dari sisi klasifikasi global, stunting dan wasting di Indonesia kini masuk kategori prevalensi menengah, sedangkan overweight telah menurun ke kategori rendah.
Pola Usia Anak dan Stunting
Menariknya, penurunan signifikan tercatat pada kelompok usia bayi 0–6 bulan dan usia 14–24 bulan. Untuk usia bayi di bawah 6 bulan, prevalensi stunting berhasil ditekan hingga 10 persen dibanding tahun 2023.
“Prevalensi stunting baru yaitu umur 0 sampai 5 bulan. Bila kita bandingkan dengan tahun 2023, berhasil menurunkan prevalensi untuk usia 0 sampai 6 bulan mencapai 10 persen,” jelas Asnawi.
Namun, Kemenkes mencatat adanya kenaikan angka stunting pada usia 1,5 hingga 2,5 tahun, sebelum kembali menurun di kelompok usia 3 hingga 5 tahun. “Pola ini juga terlihat di 2023. Ada periode-periode yang angka prevalensinya relatif tinggi,” ujarnya.
Baca Juga : Tingkat Pendidikan dan Sebaran Sekolah di Kecamatan Balai Jaya pada 2024
Kemenkes menilai tren positif ini sebagai hasil dari penguatan intervensi gizi, program ibu dan anak, serta peningkatan literasi masyarakat terkait pemenuhan gizi seimbang sejak dini.