
Nusantara1News – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana memberlakukan tarif impor tinggi terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kebijakan ini bisa membebani ekspor Tanah Air, dengan beberapa produk bahkan dikenai bea masuk hingga 32%.
Baca Juga : Komisi DPR Jadwalkan Pemanggilan Mendikdasmen Terkait Sistem Baru PPDB dan U
rump secara terbuka menyebut Indonesia, Malaysia, dan Kamboja sebagai negara yang “mengambil keuntungan” dari AS, dengan ancaman penyesuaian tarif lebih lanjut. Jumat (4/4) dikutip dari CNBC Indonesia.
Ketergantungan Ekspor-Impor RI-AS
AS merupakan pasar utama bagi produk tekstil, alas kaki, dan minyak sawit Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, ekspor ke Negeri Paman Sam melonjak 48%, dari US 17,84miliar(2019 menjadi US26,31 miliar (2024). Sementara itu, impor Indonesia dari AS seperti bahan bakar mineral, peralatan mekanis, dan produk pertanian mencapai hampir US$12 miliar pada tahun yang sama.
Tiga Strategi Presiden Prabowo Hadapi Gejolak Perdagangan Global
Pemerintah Presiden Prabowo Subianto mengklaim telah menyiapkan langkah antisipasi untuk memitigasi dampak kebijakan Trump. Deputi Bidang Diseminasi dan Media PCO Noudhy Valdryno menyebut tiga strategi utama yang telah dirancang sejak awal masa jabatan:
- Diversifikasi Mitra Dagang
Indonesia memperluas jaringan melalui keanggotaan di BRICS, RCEP, dan OECD, serta sejumlah perjanjian dagang bilateral. Langkah ini diharapkan mengurangi ketergantungan pada pasar AS.
- Percepatan Hilirisasi Sumber Daya Alam
Pemerintah fokus pada pengolahan bahan mentah, seperti sukses hilirisasi nikel. Badan Pengelola Investasi Danantara dibentuk untuk mendanai proyek strategis di sektor energi, mineral, dan kelautan.
Baca Juga : Komisi DPR Jadwalkan Pemanggilan Mendikdasmen Terkait Sistem Baru PPDB dan U
- Penguatan Pasar Domestik
Program Makan Bergizi Gratis dan pendirian 80.000 Koperasi Desa Merah Putih bertujuan mendongkrak konsumsi dalam negeri, yang menyumbang 54% PDB.
“Dengan langkah-langkah ini, Indonesia bisa tetap tumbuh di tengah ketidakpastian global,” tegas Noudhy.