
Nusantara1News – Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksikan bahwa dampak kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga mulai mereda, sehingga membuka peluang bagi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Dampak kebijakan BI diperkirakan sudah mulai mereda, sehingga berpotensi mendorong penguatan rupiah,” di lansir dari ANTARA di Jakarta, Jumat (17/1/2025).
Baca Juga : Kelola Limbah Jadi Berkah, Tukarkan Minyak Jelantah ke Pertamina Sekarang
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Selasa (14/1/2025) dan Rabu (15/1/2025), BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. Selain itu, suku bunga deposit facility diturunkan menjadi 5 persen, dan suku bunga lending facility menjadi 6,5 persen.
Josua juga menyebut bahwa data ekonomi Amerika Serikat turut memengaruhi sentimen pasar. Penjualan ritel AS pada Desember 2024 tercatat hanya naik 0,4 persen, lebih lambat dibandingkan prediksi sebelumnya sebesar 0,8 persen. Hal ini mendukung sentimen risk-on, di mana pelaku pasar lebih optimistis terhadap prospek ekonomi Indonesia.
“Sentimen risk-on mendukung penguatan rupiah, yang diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.300 hingga Rp16.400 per dolar AS,” jelasnya.
Baca Juga : Program Mudik Gratis Nataru 2024/2025: Respons Positif, Tantangan Kepadatan dan Keselamatan Transportasi
Pada pembukaan perdagangan antarbank di Jakarta, Jumat (17/1/2025), kurs rupiah menguat sebesar 14 poin atau 0,09 persen menjadi Rp16.362 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp16.376 per dolar AS.
Kebijakan pelonggaran moneter BI dan kondisi global yang mendukung optimisme pasar menjadi faktor utama yang diperkirakan terus mendorong penguatan rupiah dalam beberapa waktu ke depan.