Jakarta, Nusantara1News – Sejumlah komoditas menunjukan harga yang bervariasi di kala menegangnya Timur Tengah dan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang melemah. Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak April 2024 di ICE Newcastle ditutup menguat 0,27% ke level US$129,60 per metrik ton pada perdagangan Rabu (17/4/2024).
Sementara itu, harga batu bara kontrak Mei 2024 juga menguat 2,27% ke US$139,50 per metrik ton. Konsumsi listrik di India telah tumbuh pada tingkat tercepat dibandingkan negara-negara besar lainnya, yang didorong oleh peningkatan suhu dan pendapatan, yang juga mendorong peningkatan penjualan peralatan yang boros listrik seperti AC.
“Pesannya jelas bagi masyarakat internasional dan domestik: Kita semua mendukung aksi iklim, namun kepentingan dalam negeri India akan menjadi prioritas,” jelas peneliti di Sustainable Futures Collaborative, sebuah wadah pemikir iklim di New Delhi, Ashwini K. Swain. Solusi energi alternatif di India juga belum populer, karena adanya alasan finansial, politik, dan juga keamanan.
Makin Mengilap ESDM Klaim Harga Batu Bara Tidak Terdampak Konfik Timur Tengah Sejalan dengan hal tersebut, Mengutip Energyworld, pemerintah India telah menetapkan target produksi batu bara sebesar 170 ton, dari blok batu bara yang dimiliki sendiri dan yang dijual secara komersial di India pada tahun anggaran berjalan.
“Pemegang blok batu bara yakin dapat mencapai target produksi sebesar 170,0 metrik ton pada 2024-2025,” terang Pejabat tambahan sekretaris batu bara, M Nagaraju. Harga Emas Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot terpantau menguat 0,27% ke level US$2.367,38 per troy ounce pada pukul 07.16 WIB. Kemudian, harga emas Comex kontrak Juni 2024 melemah -0,18% ke US$2.384,20 per troy ounce pada pukul 07.06 WIB. Harga emas telah menurun tipis pada Rabu (18/4) namun diperdagangkan mendekati rekor tertinggi yang telah disentuh pada minggu lalu.
Hal ini terjadi karena adanya tekanan yang melemah atas harapan penurunan suku bunga dan faktor geopolitik Timur Tengah. “Ketidakpastian geopolitik terus mendukung emas dan jika ada peningkatan situasi, maka harga bisa bergerak menuju kisaran US$2.500,” jelas kepala strategi pasar Blue Line Futures di Chicago, Phillip Streible. Dia juga mengatakan bahwa harga emas akan menurun jika bank sentral berhenti membeli atau jika investor kembali ke fase risk-on.
Analis riset senior FXTM, Lukman Otunuga, mengatakan bahwa meskipun emas sebagian besar tidak berkorelasi dengan dolar AS dan imbal hasil Treasury dalam tren saat ini, emas mungkin masih menunjukkan respons jangka pendek terhadap pergerakan keduanya. Harga CPO Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka kontrak Juli 2024 melemah -60 poin ke 4.014 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia.
Adapun, kontrak Juni 2024 juga ditutup melemah sebesar -62 poin menjadi 4.072 ringgit per ton. Mengutip Bernama, harga kontrak berjangka CPO telah ditutup melemah untuk tiga hari berturut-turut. Pelemahan ini mengikuti melemahnya kontrak berjangka minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) dan harga minyak mentah.
Sementara itu, pedagang minyak sawit David Ng menuturkan bahwa penurunan tersebut terbatasi oleh prospek produksi yang lebih lemah dalam beberapa minggu mendatang. “Kami melihat dukungan pada RM4.050 per ton dan resistensi pada RM4.300,” terangnya kepada Bernama.
Kepala penelitian komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani mengatakan bahwa pasar minyak sawit kini berfokus pada permintaan baru, karena pembeli utama masih menunggu koreksi harga yang wajar, meskipun terdapat laporan bullish dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) dan data ekspor minyak sawit yang kuat pada paruh pertama April 2024.
MIDF Research dalam penelitiannya juga memperkirakan bahwa harga pada Kuartal II/2024 akan moderat. Namun, mereka memperkirakan bahwa akan ada kenaikan bulanan sebesar 4,6% menjadi 4.410,5 per ton pada April 2024, karena peristiwa El Nino ringan. MPOB juga mengantisipasi harga CPO yang melonjak pada Maret 2024 hingga mencapai puncaknya sebesar 4.214 ringgit per ton akan bergerak dalam kisaran stabil sebesar 4.00 ringgit per ton hingga 4.200 ringgit per ton pada bulan ini.
Editor : Nusantara1News