breaking news
Home » Bursa Asia Menguat Berkat Isyarat Inflasi AS

Bursa Asia Menguat Berkat Isyarat Inflasi AS

Bagikan :

Sensible Financial institution Prediction Right this moment (Pinterest)

Nusantara1News – Pada perdagangan pagi Senin (23/12/2024), mayoritas indeks saham di Asia mencatatkan penguatan. Tren ini didorong oleh rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan perbaikan, memicu optimisme pasar terhadap kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut pada tahun mendatang.

Selain itu, pasar juga mendapat sentimen positif dari langkah Washington yang berhasil menghindari ancaman penutupan pemerintahan. Kedua faktor ini memberikan kelegaan bagi investor, mendorong sentimen risk-on di sejumlah bursa Asia.

Bursa Asia 23 Desember 2024


Tabel

Inflasi bulanan di Amerika Serikat menunjukkan perlambatan pada November, melanjutkan tren perbaikan yang terlihat dalam beberapa bulan terakhir. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang menjadi acuan utama inflasi bagi The Fed, hanya naik 0,1% dibandingkan bulan Oktober.

Baca Juga : Maskapai Murah Amerika Serikat Bangrut

Secara tahunan, PCE mencatat tingkat inflasi sebesar 2,4%, masih di atas target The Fed sebesar 2%, tetapi lebih rendah dari estimasi Dow Jones sebesar 2,5%. Selain itu, kenaikan bulanan juga lebih rendah 0,1 poin persentase dari prediksi, memberikan sinyal tambahan bahwa tekanan inflasi mulai mereda.

PCE inti, yang tidak memasukkan komponen makanan dan energi, tercatat naik 0,1% secara bulanan dan 2,8% secara tahunan. Kedua angka ini lebih rendah 0,1 poin persentase dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. The Fed cenderung mengandalkan pembacaan inti ini sebagai indikator yang lebih akurat untuk tren inflasi jangka panjang karena tidak terpengaruh oleh fluktuasi harga gas dan bahan makanan.

Inflasi inti tahunan tetap stabil seperti bulan Oktober, sementara angka utama mengalami kenaikan sebesar 0,1 poin persentase.

Kenaikan ini mencerminkan peningkatan harga barang yang moderat dan kenaikan harga jasa sebesar 0,2%. Harga pangan dan energi juga mengalami pertumbuhan sebesar 0,2%. Dalam setahun terakhir, harga barang tercatat turun 0,4%, sedangkan harga jasa melonjak 3,8%. Di sisi lain, harga pangan meningkat 1,4%, sementara energi turun 4%.

Minggu ini diperkirakan berlangsung lebih tenang setelah rangkaian keputusan bank sentral yang intens sebelumnya. Risalah dari beberapa pertemuan bank sentral akan dirilis, namun tidak ada jadwal pidato dari The Federal Reserve (The Fed) maupun data ekonomi AS yang signifikan.

Baca Juga : KORUT Uji Coba Hwasong-19, Rudal Terkuat Sepanjang Masa

Sementara itu, tema pasar masih didominasi oleh penguatan dolar yang didukung oleh ekonomi AS yang relatif solid dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi.

Kondisi ini memberikan tekanan pada harga komoditas dan emas serta memicu tantangan bagi negara-negara pasar berkembang, yang terpaksa melakukan intervensi untuk menstabilkan mata uang mereka demi mengendalikan inflasi domestik.

Laporan inflasi AS terbaru memberikan cukup sentimen positif untuk mendorong penguatan indeks MSCI di pasar saham Asia-Pasifik. Kabar tersebut berhasil menghidupkan optimisme di kalangan investor, meskipun dampaknya masih terbatas.

Di sisi lain, kontrak berjangka Fed funds menunjukkan peningkatan, dengan probabilitas sebesar 53% untuk pemangkasan suku bunga pada bulan Maret dan 62% pada bulan Mei. Namun, pasar hanya memperkirakan dua kali pelonggaran masing-masing seperempat poin, membawa suku bunga ke kisaran 3,75-4,0% hingga akhir 2025. Ekspektasi ini jauh lebih konservatif dibandingkan beberapa bulan lalu, ketika pasar memperkirakan suku bunga akan turun hingga sekitar 3,0%.

Sumber : CNBC Indonesia
Editor : Nusantara1News


Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *