breaking news
Home » BMKG Modifikasi Cuaca untuk Lindungi Lahan Gambut dari Kebakaran Hutan

BMKG Modifikasi Cuaca untuk Lindungi Lahan Gambut dari Kebakaran Hutan

Bagikan :

Proses Modifikasi Cuaca oleh BMKG (Sumber gambar:Media Indonesia/Rudi Kurniawansyah)

Nusantara1News – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Provinsi Riau dari 1 hingga 7 Mei 2025. Langkah ini diambil sebagai upaya mitigasi terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang sering melanda wilayah gambut Riau saat musim kemarau.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa tujuan utama dari OMC adalah mempercepat turunnya hujan untuk menjaga kelembapan lahan gambut, yang rentan terbakar saat mengering.

Baca Juga : Australia Larang Anak di Bawah 16 Tahun Gunakan Media Sosial

“Bahkan tanpa aktivitas pembakaran, lahan gambut tetap berpotensi terbakar karena angin kencang dan gesekan ranting saat musim kemarau. Karena itu, mitigasi harus dilakukan sebelum munculnya api,” ujar Dwikorita, Selasa (6/5) dilansir dari Media Indonesia.

Hingga saat ini, sebanyak 10 kabupaten/kota di Riau telah menetapkan status siaga darurat Karhutla, dengan 144 titik panas (hotspot) terpantau dan 81 hektare lahan terbakar. Operasi ini bertujuan untuk menghindari perluasan kebakaran dengan membasahi lahan gambut secara merata. Sejak dimulai, OMC telah melakukan empat sorti penyemaian awan, dengan total 3,2 ton garam (NaCl) disemai dan waktu terbang mencapai 8 jam 33 menit.

Dwikorita menambahkan bahwa OMC difokuskan pada wilayah pesisir timur bagian utara dan selatan Riau, yang memiliki sejarah tinggi kebakaran hutan. “Tujuannya adalah mengisi kembali kubah air dalam tanah gambut agar tidak mudah mengering dan terbakar saat musim kemarau,” katanya.

BMKG juga memperingatkan bahwa musim kemarau di Indonesia, termasuk Riau, sudah dimulai sejak April dan diperkirakan akan mencapai puncaknya antara Juni hingga Agustus 2025. Berdasarkan analisis BMKG, kondisi suhu permukaan laut yang tidak normal meningkatkan potensi kekeringan dan Karhutla pada periode Mei hingga September.

Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menyatakan bahwa sejak 2015, paradigma OMC telah berubah dari sekadar respons terhadap kebakaran menjadi langkah mitigasi dan pencegahan. “Data menunjukkan bahwa jumlah hotspot nasional menurun drastis dari 8.168 titik pada 2019 menjadi hanya 499 titik pada 2023, penurunan sebesar 93,9 persen,” ungkap Seto.

Baca Juga : Australia Larang Anak di Bawah 16 Tahun Gunakan Media Sosial

Penyemaian awan yang dilakukan menggunakan pesawat Cessna Caravan 208B yang dimodifikasi khusus ini merupakan bagian dari kolaborasi antara BMKG, BNPB, TNI Angkatan Udara, operator swasta, serta berbagai pemangku kepentingan. BMKG terus memantau cuaca secara harian untuk memastikan penyemaian awan dilakukan secara tepat, efisien, dan berbasis data ilmiah.

Editor : Nusantara1News


Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *