
Nusantara1News – Perusahaan Jepang Astroscale (186A.T), yang berfokus pada pembersihan puing-puing luar angkasa, telah mencapai kesepakatan dengan dua perusahaan berbasis di Bengaluru, Digantara dan Bellatrix Aerospace, untuk bekerja sama dalam pengembangan teknologi dan layanan. Pengumuman ini disampaikan oleh perusahaan pada hari Jumat (21/3) dikutip dari Reuters.
Baca Juga : Dukung Target Pertumbuhan Ekonomi 8%, Konsumsi Listrik RI Perlu Capai 6.500 KVA per Kapita
Kolaborasi ini diharapkan dapat menghadirkan layanan orbital bagi pelanggan di India dalam satu hingga dua tahun ke depan, sekaligus menandai ekspansi pertama Astroscale di kawasan Asia Pasifik di luar Jepang, menurut Presiden unit Jepang perusahaan tersebut, Eddie Kato.
India menjadi salah satu pasar utama yang dipertimbangkan Astroscale berkat kapabilitas industrinya yang sudah mapan, di mana teknologi pemeliharaan orbit perusahaan ini dapat memenuhi kebutuhan yang ada, ujar Eddie Kato kepada Reuters. Selain India, Astroscale juga melirik Korea Selatan, Taiwan, Indonesia, dan Australia sebagai pasar potensial.
Menurut Kato, kebijakan luar angkasa India sebelumnya bersifat proteksionis, tetapi kini mengalami perubahan pesat, termasuk mempererat hubungan dengan Amerika Serikat dan membuka pasar lebih luas bagi sektor komersial, bahkan mendorong keterlibatan mereka.
Kesepakatan ini tidak mencakup ketentuan finansial.
India telah membuka sektor luar angkasanya bagi perusahaan swasta di luar badan antariksa nasional, ISRO, serta mengalokasikan dana sebesar 10 miliar rupee ($116 juta) untuk mendukung pengembangan startup di bidang ini.
Sementara itu, Astroscale sedang berkolaborasi dengan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) untuk menguji misi pembersihan puing komersial yang direncanakan pada 2027. Perusahaan ini juga telah menerima kontrak dari Angkatan Antariksa AS serta badan antariksa Inggris dan Prancis, termasuk proyek layanan eksperimental untuk memperpanjang umur satelit.
Seiring meningkatnya jumlah satelit di orbit, risiko tabrakan diperkirakan dapat menyebabkan kerugian lebih dari $500 juta dalam lima tahun mendatang, menurut analisis industri.
Digantara menyediakan layanan pemantauan objek di orbit melalui sistem kesadaran situasi ruang angkasa dan telah menjalin kontrak dengan beberapa lembaga pertahanan AS. Sementara itu, Bellatrix Aerospace mengembangkan sistem propulsi untuk satelit.
Dalam kemitraan ini, Astroscale akan lebih dulu menawarkan layanan di orbit bagi klien pemerintah India, menurut Eddie Kato.
Shreyas Mirji, Wakil Presiden Digantara, menyatakan bahwa kerja sama ini akan membuka peluang pasar baru di sektor luar angkasa, baik yang sudah mapan maupun yang sedang berkembang. Sementara itu, CEO Bellatrix, Rohan M Ganapathy, menyebut kolaborasi ini sebagai langkah strategis dalam ekspansi perusahaannya ke pasar Jepang.
Langkah ini menjadi bagian dari tren kerja sama antara perusahaan luar angkasa Jepang dan India, seperti kemitraan antara perusahaan penjelajah bulan (9348.T) dan pembuat roket Skyroot, serta kolaborasi antara perusahaan yang terafiliasi dengan SKY Perfect JSAT (9412.T), Orbital Laser, dan perusahaan robotika InspeCity.
Baca Juga : Presiden Prabowo Sambut Hangat PM Jepang di Istana Bogor
Pejabat mengungkapkan bahwa pemerintah India dan Jepang akan segera menggelar perundingan kebijakan “dialog luar angkasa” putaran ketiga di Tokyo dalam waktu dekat.