
Nusantara1News – Amerika Serikat telah memberikan persetujuan untuk menjual 20 jet tempur F-16 ke Filipina, yang akan memperkuat kemampuan angkatan udara negara tersebut. Kesepakatan ini diumumkan hanya beberapa hari setelah Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menegaskan komitmennya untuk menghadapi apa yang disebutnya sebagai tindakan agresif China di kawasan, dilansir CNN Rabu (2/4) dikutip dari Detiknews.
Baca Juga : PM Anwar dan PM Inggris Bahas Kemitraan Ekonomi Strategis Baru
Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan AS (DSCA) mengungkapkan bahwa nilai kontrak yang mencakup pesawat serta perlengkapan pendukung ini mencapai USD 5,58 miliar atau sekitar Rp 93 triliun. Menurut DSCA, penjualan ini sejalan dengan kebijakan luar negeri dan kepentingan keamanan nasional AS, sekaligus memperkuat mitra strategisnya yang berperan penting dalam menjaga stabilitas di Asia Tenggara.
Dalam paket pembelian ini, Filipina akan memperoleh 16 unit F-16C dengan konfigurasi kursi tunggal serta 4 unit F-16D yang memiliki kursi ganda, yang sering digunakan untuk pelatihan. Jet tempur generasi keempat yang diproduksi oleh Lockheed Martin ini merupakan varian terbaru blok 70/72 dan memiliki umur operasional lebih dari 12.000 jam. Pesawat ini juga dilengkapi dengan radar, avionik, serta sistem persenjataan canggih yang akan meningkatkan kapabilitas militer Filipina secara signifikan.
Saat ini, angkatan udara Filipina hanya mengoperasikan 12 unit FA-50 buatan Korea Selatan, yang merupakan pesawat tempur ringan. Dengan kecepatan lebih dari 1.500 mil per jam, F-16 jauh lebih unggul dibandingkan FA-50, yang memiliki kecepatan lebih rendah.
Pengumuman ini disampaikan tak lama setelah kunjungan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth ke Filipina, di mana ia menegaskan komitmen Washington untuk memperkuat hubungan militer dengan Manila dalam menghadapi ketegangan di kawasan Indo-Pasifik. Namun, langkah ini mendapat respons keras dari China, yang memperingatkan bahwa kerja sama pertahanan antara Filipina dan AS tidak boleh mengancam stabilitas regional atau meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.
Baca Juga : PM Anwar dan PM Inggris Bahas Kemitraan Ekonomi Strategis Baru
Filipina sendiri telah menjadi salah satu negara yang berhadapan langsung dengan meningkatnya klaim teritorial China di Laut China Selatan. Meskipun putusan internasional telah membatalkan klaim Beijing, China tetap berusaha memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut. Sebagai tanggapan, AS berkomitmen untuk menyediakan lebih banyak teknologi militer canggih dan meningkatkan interoperabilitas dengan Filipina guna memperkuat aliansi mereka.