Nusantara1News – Amerika Serikat dan Iran memulai putaran kedua negosiasi mengenai program nuklir Teheran pada Sabtu (19/4) dikutip dari Metrotvnews, dengan pertemuan berlangsung di Roma, Italia.
Baca Juga : Sinergi Solid Diperlukan untuk Mewujudkan SDGS, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi
Dilaporkan oleh Outlook India, utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, bersama Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, kembali duduk bersama untuk mencari kesepahaman, setelah sebelumnya melakukan pembicaraan langsung di Muscat, Oman pada perundingan pertama.
Langkah ini berlangsung di tengah kebijakan “tekanan maksimum” dari Presiden AS Donald Trump, yang memberlakukan sanksi tambahan terhadap Iran. Meskipun kerap melontarkan kemungkinan aksi militer, Trump menyatakan keyakinannya akan peluang tercapainya kesepakatan baru. Ia bahkan mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang kini berusia 85 tahun, sebagai upaya membuka jalur diplomasi.
Melalui platform X pada hari yang sama, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baghaei, menegaskan bahwa Iran tetap berpegang pada prinsip diplomasi sebagai cara damai dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan konflik.
Menurut The Associated Press, surat dari Trump kepada Khamenei dikirim pada 5 Maret. Keesokan harinya, Trump mengonfirmasi isi surat tersebut dalam sebuah wawancara televisi, menyampaikan harapannya agar Iran bersedia bernegosiasi guna menghindari konfrontasi militer yang disebutnya “akan sangat mengerikan.”
Baca Juga : Sinergi Solid Diperlukan untuk Mewujudkan SDGS, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi
Di masa kepresidenan sebelumnya, surat-surat dari Trump kepada Khamenei justru mendapat respons keras dari pemimpin tertinggi Iran tersebut.
