Nusantara1News – Dalam rangka mendukung Asta Cita yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) siap bergandengan tangan dengan Rumah Sawit Indonesia untuk berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, sebagai bagian dari visi Indonesia Emas 2045.
Mohammad Abdul Ghani, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara III (Persero), menyatakan di Jakarta bahwa Rumah Sawit Indonesia (RSI), sebagai asosiasi yang menghimpun pelaku usaha perkebunan sawit, memiliki peran strategis dan memberikan kontribusi positif bagi ekosistem sawit nasional.
Baca Juga : Harga Kelapa Sawit Mitra Plasma Alami Kenaikan
“RSI memiliki peran strategis untuk membentuk dan mendukung ekosistem yang tepat bagi perkebunan sawit nasional, terutama dalam mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo dalam penguatan ketahanan pangan nasional,” kata dia, Selasa (19/11).
Dalam hal ini, ia mengungkapkan bahwa pihaknya siap untuk bekerja sama dengan RSI, yang menjadi tempat berkumpulnya semua pelaku sawit, mulai dari perusahaan besar hingga pekebun kecil (smallholders).
Menurut Ghani, Holding Perkebunan Nusantara, yang terdiri dari tiga sub holding dan berbagai anak perusahaan, memiliki serangkaian program unggulan yang bertujuan mendukung swasembada pangan dan pengembangan energi terbarukan melalui strategi inisiatif 2024-2025.
Baca Juga : BBM Baru B40 Meluncur 1 Januari 2025
Strategi ini mencakup pengelolaan perkebunan sawit yang ramah lingkungan, hilirisasi sektor pangan, dan peningkatan produktivitas melalui percepatan peremajaan sawit rakyat. “Saat ini, terdapat 2,8 juta hektare sawit rakyat yang sudah berusia lebih dari 25 tahun dan membutuhkan peremajaan segera. Ini menjadi kesempatan penting bagi PTPN untuk memperkuat ketahanan pangan melalui program intercropping,” ujar Ghani.
Pendekatan intercropping adalah teknik budi daya dua komoditas yang berbeda dalam satu area yang sama, dilakukan melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Setiap tahun, menurutnya, diperlukan akselerasi PSR hingga 400.000 hektare.
Dengan adanya program intercropping di areal PSR, diharapkan dapat terbentuk area tanam padi seluas 136 ribu hektare pada 2025, yang berpotensi menghasilkan 476.000 ton gabah kering panen. “Insya Allah, dengan dukungan dari semua pihak, termasuk kolaborasi bersama RSI, program ini dapat menghasilkan sedikitnya 238.000 ton beras di areal PSR tersebut,” tuturnya.
Ghani menambahkan bahwa ke depan, kolaborasi antara RSI dan PTPN perlu diperkuat agar Asta Cita Presiden Prabowo dalam mewujudkan swasembada pangan dapat tercapai.
Baca Juga : Pertamina Siapkan Produksi Bahan Bakar HVO Ramah Lingkungan di Kilang Dumai
Sementara itu, Jatmiko Santosa, Direktur Utama PTPN IV PalmCo, menyatakan kesiapan untuk mendukung program yang diusung oleh Holding Perkebunan Nusantara III Persero, terutama dengan memanfaatkan areal PSR untuk intercropping padi gogo.
Ia mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat, program tersebut akan resmi diluncurkan di PTPN IV Regional III, tepatnya di areal replanting PSR Koperasi Produsen Mandiri Karya Maju, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. “Kami sangat siap mendukung dan memperluas program ini, dan kolaborasi semua pihak akan kami wujudkan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional,” harapnya.
Berdasarkan kajian yang dilakukan Rumah Sawit Indonesia (RSI), Ketua Umum Kacuk Sumarto menyatakan bahwa jika peremajaan kelapa sawit dilakukan secara konsisten, setidaknya satu juta hektare lahan dapat dimanfaatkan untuk intercropping komoditas pangan dan energi. Hal ini akan sangat menguntungkan, terutama jika hasilnya bisa dikonsumsi secara lokal, karena dapat mengurangi biaya logistik secara signifikan.