breaking news
Home » 7 Fakta DeepSeek yang Mengguncang AS dan Membuat Nvidia Merugi Besar

7 Fakta DeepSeek yang Mengguncang AS dan Membuat Nvidia Merugi Besar

Bagikan :

DeepSeek mengguncang AS karena menjadi pesaing baru AI lainnya, bahkan bikin rugi perusahaan chip negara tersebut. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)

Nusantara1News – DeepSeek mengguncang pasar Amerika Serikat (AS) dan menyebabkan Nvidia mengalami kerugian hingga US$600 miliar atau sekitar Rp9.731,7 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.219 per dolar AS).

Kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) asal China ini memicu kejatuhan harga saham di bursa AS. DeepSeek R1, layanan AI terbaru, kini menjadi pesaing kuat bagi ChatGPT dari OpenAI, Gemini, serta berbagai platform AI lainnya.

Baca Juga : Pemerintah RI Mau Batasi Anak Main Medsos

Bahkan, Presiden AS Donald Trump turut menanggapi fenomena ini. Ia menilai kemunculan DeepSeek sebagai sinyal peringatan bagi perusahaan teknologi di Amerika Serikat.

DeepSeek Menggebrak AS AI China yang Mengancam Dominasi Teknologi Amerika. Trump, AI China Jadi Peringatan Bagi Industri AS
Mantan Presiden AS, Donald Trump, menilai kehadiran DeepSeek, teknologi kecerdasan buatan (AI) asal Tiongkok, sebagai peringatan serius bagi industri teknologi Amerika. Ia menegaskan bahwa persaingan global semakin ketat dan mendorong perusahaan-perusahaan AS untuk lebih fokus dalam inovasi.

“Saya melihat ini sebagai hal yang positif karena akan mendorong kita untuk mencapai hasil serupa tanpa menghabiskan terlalu banyak biaya,” ujar Trump, Senin (27/1), dikutip dari Reuters.

Berikut sejumlah fakta terkait DeepSeek yang mengguncang AS:

  1. Lahir dari Startup Baru
    DeepSeek adalah startup AI yang baru berdiri sekitar setahun lalu. Didirikan oleh Liang Wenfeng, seorang manajer dana lindung nilai asal China, perusahaan ini beroperasi di bawah naungan High-Flyer, yang fokus pada pengembangan teknologi kecerdasan buatan.

Dalam kurun waktu singkat, DeepSeek telah meluncurkan berbagai model AI yang kompetitif, menarik perhatian dunia teknologi global.

  1. Biaya Pengembangan Rendah
    DeepSeek mengklaim hanya mengeluarkan dana sekitar US$5,6 juta untuk mengembangkan model AI R1 jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan investasi ratusan juta hingga miliaran dolar yang dilakukan perusahaan teknologi AS dalam proyek AI mereka.

Kemampuannya dalam menghadirkan AI berkualitas dengan biaya minim berpotensi mengubah lanskap persaingan di industri kecerdasan buatan.

  1. Menembus Pembatasan AS
    DeepSeek R1 bersifat open-source, memungkinkan siapa saja untuk menggunakannya. Menariknya, AI ini berhasil dikembangkan meski AS memberlakukan pembatasan ekspor chip ke China.

Dalam tiga tahun terakhir, Washington telah memperketat kontrol ekspor chip ke Tiongkok dengan alasan keamanan nasional. Namun, DeepSeek tetap mampu berkembang tanpa bergantung pada pasokan chip dari AS.

  1. Nvidia Kehilangan Triliunan Rupiah
    Kehadiran DeepSeek memicu aksi jual besar-besaran di pasar saham AS, terutama di sektor teknologi. Nvidia mengalami penurunan nilai pasar sebesar Rp9.731,7 triliun akibat kekhawatiran investor terhadap potensi persaingan baru ini.

Saham Nvidia bahkan anjlok hingga 17 persen dalam satu hari, mencatatkan rekor kerugian terbesar di Wall Street.

  1. Jadi AI Paling Dicari di AS
    DeepSeek R1 langsung menjadi aplikasi AI gratis paling banyak diunduh di AS melalui Apple Store. Popularitasnya meningkat tajam karena menawarkan alternatif AI yang canggih tanpa biaya tinggi.

Investor teknologi ternama, Marc Andreessen, bahkan menyebut peluncuran DeepSeek sebagai “momen Sputnik AI”, merujuk pada kejutan yang diberikan Uni Soviet saat meluncurkan satelit Sputnik pertama ke luar angkasa.

  1. Trump Menyoroti Dominasi China
    Donald Trump menyoroti bagaimana China berhasil menghadirkan AI canggih dengan biaya lebih rendah. Menurutnya, perusahaan teknologi AS juga harus mampu melakukan hal yang sama tanpa mengeluarkan miliaran dolar.

“Kami selalu menjadi yang pertama dalam inovasi,” ujarnya. “Jadi, ini bisa menjadi momentum yang positif bagi industri kita.”

  1. Diserang Secara Siber
    Popularitas DeepSeek juga menarik perhatian pihak-pihak yang ingin menyerangnya. Akibat serangan siber yang terjadi baru-baru ini, perusahaan terpaksa membatasi pendaftaran pengguna baru untuk sementara.

Namun, pengguna yang sudah terdaftar tetap dapat mengakses layanan DeepSeek R1 tanpa gangguan.

Baca Juga : Presiden Prabowo Subianto Mulai Berkantor di IKN pada 2028, Persiapan Infrastruktur Digeber

DeepSeek telah menempatkan dirinya sebagai pesaing kuat dalam industri AI global. Dengan inovasi berbiaya rendah dan pendekatan open-source, teknologi ini tidak hanya mengguncang pasar Amerika tetapi juga berpotensi menggeser dominasi perusahaan-perusahaan besar di sektor kecerdasan buatan seperti di kutip dari CNN Indonesia.

Editor : Nusantara1News


Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *